Monday, October 25, 2010


Ingin seperti Kain Katun atau Ingin seperti Kain Polyester? - Renungan

Assalam, 

Dalam tatanan kehidupan sehari-hari, perbuatan yang kulakukan terkadang luput dari apa yang seharusnya harus dilakukan. Aku yang mengaku sebagai seorang Muslim dengan 2 kalimat syahadat, namun dalam kenyataannya masih jauh dari tatanan kehidupan yang Islami. 

Sebagai contoh saja, jika ditanya kepada siapa kita menyembah, tentu serentak akan menjawab, menyembah kepada Alloh swt Tuhan Semesta Alam, namun seringkali secara sadar atau tidak sadar banyak dari kita (katakanlah aku) masih mementingkan urusan-urusan lain ketimbang urusan dengan Alloh swt. Dalam urusan pekerjaan misalnya, ketika sedang asyiknya mengerjakan pekerjaan namun waktu shalat telah tiba, muncullah pikiran di dalam kepala yang mengatakan, “tanggung akh,” yang kemudian dijadikan sebagai alasan untuk menunda waktu shalat.

Dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 138.


Artinya: Shibghah Alloh. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.

[Dalam keterangan, Shibghah artinya celupan. Shibghah Alloh: celupan Alloh yang berarti iman kepada Alloh yang tidak disertai dengan kemusyrikan. Atau juga Shibghah Allah: Agama Alloh].


Manusia yang memiliki Akal atau Pikiran, Hati atau Qolbu, dan Fisik atau Penampilan, harus dicelupkan kedalam Shibghah Alloh agar benar-benar menjadi orang yang Islami.

1. Akal atau Pikiran.
Digunakan dengan cara-cara yang Islami, fokus mengutamakan kepentingan Alloh ketimbang kepentingan duniawi saja.

Ya, kasus paling sederhana adalah menunda-nunda shalat, yang akhirnya berujung pada kelalaian meninggalkan shalat, terutama kita yang bekerja dari pkl 8am – 5pm,   ingin ashar tp ditunda-tunda karena sibuk kerja hingga akhirnya pkl 5pm, karena jalan di Ibukota ini macet, akhirnya langsung pulang agar cepat sampai dirumah, sampai dirumah ternyata sudah lewat mahrgrib. 

2. Hati atau Qolbu.
Juga harus bersih dari penyakit-penyakit hati dan harus memiliki selera yang Islami. Dan jangan sampai telinga, mata, dan hati kita ini menjadi tidak berguna karena selalu mengingkari ayat-ayat Alloh [Al-Ahqaaf (46) ayat 26], sebab segalanya akan diminta pertangungjawaban oleh Alloh [Al-Israa’ (17) ayat 36].

"Dan jangan sampai telinga, mata, dan hati kita ini menjadi tidak berguna karena selalu mengingkari ayat-ayat Alloh."

Dalam surat Al-Ahqaaf (46) ayat 26.


Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.

Dalam surat Al-Israa’ (17) ayat 36.


Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Saat ini sedang trend lagu-lagu, di tiap Stasiun TV hampir semuanya menayangkan acara-acara musik dari Pagi, Siang, Malam, bahkan ditampilkan secara Live dengan abg-abg dengan gaya trend “alay” yang selalu meramaikan. Nah, yang jadi masalah adalah seberapa sering kita menyaksikan acara musik tsb bahkan menyanyi-nyanyi dibandingkan dengan mendengarkan lantunan atau membaca Al-Qur’an? Dimana letak selera hati kita sebenarnya? Jangan sampai hati ini menjadi tidak berguna saat diminta pertanggungjawaban.  

3. Dan begitu juga Fisik dan Penampilan.
Harus mencerminkan tampilan yang Islami, bersih, sopan, dsb.

Jangan hanya karena ingin eksis, ikuti trend, kemudian menyalahi norma-norma yang ada. Bagi aku sendiri sebagai laki-laki, memang menutup aurat dari pusat hingga lutut telah sesuai dengan Fiqih, namun apa yang kamu pikirikan jika aku menggunakan celana panjang tapi dengan model lutut yang bolong? Coba pikirkan!

Yah, semoga saja ini menjadi bahan renungan untuk kita semua. Setelah dicelupkan ke dalam Shibghah Alloh, apakah akan langsung melekat atau tidak? Apakah ingin seperti kain Katun yang ketika dicelupkan kedalam pewarna akan dengan mudah warna tsb langsung melekat pada Katun? Atau apakah akan seperti kain Polyester yang butuh langkah panjang celupan berkali-kali agar warna dapat melekat? 

Kalau aku masih harus introspeksi diri. Segala sesuatunya memang butuh proses namun kita juga mesti Istiqomah. Kebenaran datangnya dari Alloh, mohon koreksi jika ada kesalahan, dan silahkan komentar untuk didiskusikan, terimakasih.


0 comments:

Post a Comment